Mulai
minggu ini sampai awal bulan Juli, suhu perpolitikan di negara kita akan
sedikit menghangat, ini bisa kita rasakan dari pembicaraan tukang becak,
pegawai yang lagi makan di warung-warung, iklan baliho-baliho di pinggir jalan,
tulisan-tulisan di koran maupun media sosial dunia maya, berita-berita dan
talkshow di tipi-tipi semunya sedikit banyak akan menyinggung situasi dan
kondisi perpolitikan saat ini. Sepertinya minggu-minggu ini di negara kita akan
banyak orang mendadak jadi pengamat
politik .
Saya
sebenarnya tidak mau ikut-ikutan latah menulis
tentang situasi politik saat ini, karena saya tahu diri politik bukanlah bidang
saya. Bagi saya politik adalah sesuatu yang sangat “kompor gas” banget. Dalam
benak saya politik(us) itu adalah bak seorang komika yang sedang open mic
dihadapan Raditya, Butet, dan Mas Indro. Dengan penilaian sebagai berikut :
Radit : “ Absurd ”
Butet : “ Wasuuuu ”
Indro : “ Kompor gasss”
Saya
hanyalah seorang PNS yang gak lucu, dan grogi berat kalau ngomong dihadapan
rakyat banyak.
Saya
menulis ini karena didasari rasa keprihatinan saya tentang fenomena Pilpres .
Kalau
kita baca-baca di Facebook maupun di media sosial yang lain akan kita temui
banyak berita mengenai para pasangan Capres Jokowi-JK dan pasangan Capres
Prabowo-Hatta. Ada berita yang memuji-muji pasangan Jokowi-JK, ada berita
negatif mengenai pasangan Prabowo-Hatta, juga sebaliknya. Dan berita-berita
tersebut baik yang “kampanye putih” maupun “kampanye hitam” pasti akan
ditanggapi para pendukung masing-masing pasangan. Misalkan ada berita negatif
dari pasangan Jokowi-JK, ostosmastis pendukung pasangan Jokowi-JK akan menuduh
bahwa penyebar “kampanye hitam” itu adalah dari kubu pasangan Prabowo-Hatta
demikian juga sebaliknya. Padahal belum tentu penyebar kampanye hitam Pasangan Jokowi-JK
tersebut adalah dari kubu Pasangan Prabowo-Hatta, bisa jadi dari Pasangan Jokowi-JK
sendiri dengan tujuan mencari simpati, bisa juga dari pihak lain dengan tujuan
untuk memecah belah persatuan rakyat Indonesia. Saat ini tensi su’udzon rakyat
Indonesia lagi tinggi-tingginya.
Pasangan
Jokowi-JK dan pasangan Prabowo-Hatta adalah sama-sama rakyat Indonesia. Saya
yakin mereka semua berniat mulia untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Kalau
saat ini mereka berhadap-hadapan bukanlah karena mereka berlawanan, tapi karena
sistem pemilu kita prosedurnya memang harus begitu. Ibarat yang pas adalah,
Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta sedang melakukan Battle Of Comic. Tiap-tiap pasangan
akan berlomba-lomba menghibur kita,... ya kita para rakyat. Mungkin ada dari
kita yang ngefans pada salah satu pasangan, tapi kita tetap terhibur dengan
penampilan pasangan yang lainnya. Saya kok belum pernah mendengar atau membaca,
atau melihat berita ada tawuran dalam acara Battle Of Comic. Ya seperti itulah
seharusnya kita,... ya kita para rakyat, mensikapi Pilpres. Nikmati saja
penampilan para comica, tanpa harus menghujat.
Saya
tahu, sampeyans semua pasti pada menunggu-nunggu sikap ( sok ) politik saya
to?.....Sebentar..., yang saya maksud dengan sikap (sok) politik saya adalah, kepada
siapa saya akan memberikan pilihan politik saya dengan berdasarkan sok tahu
saya terhadap para pasangan Capres dan Cawapres tersebut.
Sebenarnya
berat bagi saya untuk memilih salah satu diantara mereka, karena terus terang
mereka pasti tidak kenal saya. Sebelum saya memutuskan pilihan, akan saya
beberkan beberapa data sebagai dasar saya untuk menentukan sikap ( sok )
politik saya, data tersebut sebagai berikut :
Berdasarkan
survey yang dilakukan terhadap 100 orang didapatkan hasil bahwa elektabilitas
Jokowi-JK dan Prabowo-Subianto adalah 50:50. Untuk 50 orang pertama disurvey di
Gedong Joang 45 pada tanggal 19 Mei 2014 dan untuk 50 orang kedua disurvey di
Rumah Polonia pada tanggal 19 Mei 2014.
Membaca
riwayat pendidikan Prabowo Subianto, ada sesuatu yang “aneh” menurut saya. SD
di Singapore, SMP di Zurich, SMA di London, kemudian kuliah di Akademi Militer
Magelang. Jamaknya orang kalau kuliah akan mencari sekolah yang bagus di luar
negeri, apalagi beliau dari keluarga sangat mampu. Lah kok ini mencari sekolah
gratis dengan pola pendidikan militer lagi. Ada satu kemiripan dengan saya,
yaitu cari sekolahan gratis juga di STAN.
Dari data diatas akhirnya saya
memilih Prabowo, bukan berarti penampilan Jokowi jelek, ini soal selera saja seperti bunyi sebuah iklan, Gentlemen This Is Taste.....
Semoga Gusti Allah
melindungi kita dari pemimpin yang dholim....
Saya
Arif Wibowo, komposs garrrrr....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar