“Tun,
siapa yang kalap?”
“Kurang
tahu To, ayo ke sebelah utara dekat kuburan saja,” ajak saya.
Sore
itu orang-orang pada berkerumun di pinggir kali
Ngingas, kali yang membelah kampung
Laweyan menjadi dua, lor kali dan kidul kali. Mereka pada ingin memastikan
nasib anak yang kalap di kali Ngingas
tersebut.
Kali Ngingas ini arusnya
tidak terlalu deras malah condong ke tenang, tapi sudah beberapa kali memakan
korban. Tiga minggu yang lalu kawan saya SD yang rumahnya kidul kali, kalap ketika
lagi berenang bersama adiknya. Mayatnya sampai sekarang belum diketemukan.
Kabar yang beredar, di kali tersebut
ada pusaran yang tidak terlihat. Kalau sudah masuk pusaran tersebut, alamat tidak akan selamat.
Saya
dan Broto berlari kecil menuju kuburan yang berada diatas kali Ngingas. Dari lokasi tersebut kita dapat melihat ada lima
bapak-bapak yang sedang berupaya mencari anak yang kalap. Ada yang duduk bersila, diam, mulutnya terlihat komat-kamit.
Beberapa ada yang menyelam ke dasar sungai tanpa peralatan selam.
Tiba-tiba
salah seorang penyelam muncul ke permukaan. Wajahnya pucat, gerakannya tidak
karuan. Dipinggangnya melilit seekor ular phiton.
“Tolong
pak...tolongg......ularrrr.....”
Gemparlah
suasana di pinggir kali Ngingas, sore
itu. Orang – orang semburat berlarian saling menyelamatkan diri sendiri.
Byurrrr....
Terlihat
seorang laki-laki meloncat ke kali.
Dengan cepat dia berenang mendekati bapak yang dililit ular phiton itu.
Dipegangnya kepala ular phiton itu dengan kuat, dimasukkannya kepala ular
tersebut ke dalam sungai. Ekor ular itu bergerak kesana kemari, sedikit demi
sedikit lilitannya pun mulai mengendor. Beberapa orang ikut membantu melepaskan
bapak tersebut dari lilitan ular. Akhirnya bapak itu pun lepas dari lilitan
ular phiton itu.
“Woiii
pegang ekornya......tarik ke pinggir.” Teriak laki-laki itu sambil tetap
memegang kepala ular phiton tersebut.
Empat
orang bapak-bapak membantu menarik ekor dan badan ular itu ke pinggir sungai.
Nafas laki-laki yang memegang kepala ular itu terdengar naik turun.
“Ular
ini sepertinya habis makan kambing, soalnya gerakan dan lilitannya tidak
terlalu kuat,”
“Ya
syukurlah, kalau tadi pas lapar matilah saya.”
“Eh
lihat perutnya, sepertinya ini bukan bentuk kambing .”
Dirabanya
perut ular phiton tersebut dengan kedua tangannya.
“Bundar,
seperti batok kelapa .”
Diturunkannya
kedua tangannya.
“Mosok
ular ini makan beras sekarung penuh sih, ular yang aneh”
“Eits!!..sebentar,
ada kayu di kanan kiri karung ini”
“Innalillahi!!....jangan-jangan....”
( Cerpen ini saya ikut sertakan dalam event Fiksi Kota Kelahiran yang diselenggarakan oleh
Fiksiana Community )
Fiksiana Community )
Keterangan
:
Kalap
: hanyut
Kali
: sungai
Lor Kali : utara sungai
Kidul Kali : selatan sungai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar