Kamis, 24 Juli 2014
Rabu, 23 Juli 2014
Mudik Ke Mbah Kung Di Kampung Batik Laweyan
Hai,
nama saya Arroyan. Saya tinggal di Malang, tepatnya adalah 25 km selatan kota Malang. Daerah
dimana saya tinggal tersebut terkenal dengan keberadaan pabrik pelurunya yaitu
Pindad.
Senin, 21 Juli 2014
Jumat, 18 Juli 2014
Untuk Kamu Yang Berjiwa Militan
“Aku sisir sebelah kiri, kamu
sebelah kanan, Set,” kata Selbi.
“Baik,” jawab Setyo.
Sudah mulai habis dhuhur tadi, dua orang tersebut terlihat mondar-mandir di sekitar perumahan Cempaka
Puri. Orang yang berkata pertama perawakannya gemuk, berkaca mata tebal,
potongan rambutnya cepak, memakai sepatu pantopel hitam mengkilap dan berjaket
kulit hitam pas dengan warna kulit tubuhnya. Bola matanya bergerak kesana
kemari, menyapu tiap sudut perumahan.
Jumat, 11 Juli 2014
[Prompt #57] Suatu Hari di Lorong Sekolah
“Tendang
sini, tendang sini.....Lempaarrr....Horreee.....” teriak Wisnu kegirangan.
Bola
mata saya melotot mau keluar melihat sepatu sebelah kanan saya bergerak kesana
kemari, meluncur di sepanjang lorong sekolah itu. Dioper dari kaki Wisnu menuju
kaki Dodi. Kadang juga dioper dari tangan Sidik menuju tangan Wisnu.
Senin, 07 Juli 2014
[Prompt #56] Hati Seorang Lelaki
“Pak Sam, jemput saya di Pakuwon ya. Cepetan, sudah
gak kuat hati saya pak!”
“Iya, iya bu. Saya segera berangkat bu.”
Jam tujuh tigapuluh malam, saya mendapat telpon
dari juragan putri. Suaranya terisak-isak menahan tangis, getir. Saya tidak
berani bertanya kepada juragan putri, yang ada dalam benak saya, saya harus
sesegera mungkin sampai di Apartemen Pakuwon kamar 306.
Kamis, 03 Juli 2014
Dunia Maya
“Apa?! Riko masuk
UGD?!....iya buk, saya segera ke Saiful Anwar.”
Segera dimasukkannya hape
Mito hitam kedalam saku bajunya, bergegas Maya melangkahkan kaki menuju
parkiran.
“Ini mbak kembaliannya. Eh,
kok sepertinya lagi dikejar-kejar iblis mbak?” kata tukang parkir.
Selasa, 01 Juli 2014
Manfaat Godong Kelor
Dia
berjongkok di bawah tembok belakang rumah pedagang buah di kampung itu. Kepalanya
menoleh ke kiri dan kanan,dia meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang yang
melihatnya. Mulutnya komat-kamit melafalkan mantera-mantera. Perlahan-lahan
tangannya mengeluarkan pasir dari sebuah kantong. Setelah itu, dengan berjalan
tenang ditaburkannya pasir yang dia ambil dari kuburan, yang telah di isi oleh gurunya, ke sekeliling rumah
tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)