“Tendang
sini, tendang sini.....Lempaarrr....Horreee.....” teriak Wisnu kegirangan.
Bola
mata saya melotot mau keluar melihat sepatu sebelah kanan saya bergerak kesana
kemari, meluncur di sepanjang lorong sekolah itu. Dioper dari kaki Wisnu menuju
kaki Dodi. Kadang juga dioper dari tangan Sidik menuju tangan Wisnu.
Kejadian
ini merupakan kali kesekian mereka lakukan kepada saya, dan teman-teman yang
lain diam, tidak berani berbuat apa-apa.
Kadang
saya mengutuk diri saya mengapa saya dilahirkan dengan body spesial seperti
ini, selalu menjadi objek penderita.
“Bangsat kamu semua!!!” teriak saya
dalam hati.
“Wisnu,
kita taruh diatas loker saja yuk.He he he...,” kata Sidik.
“Sudah
ah, kasihan Abon. Tuh lihat mukanya merah padam gitu.Ini Bon, sepatumu.”
Wisnu
berjalan kearah saya sambil tangan kananya membawa sepatu kanan saya. Saya pun
berjalan ke arah Wisnu untuk mengambil sepatu saya.
“Alhamdulillah, berakhir juga
penderitaan saya,” kata saya dalam hati.
Dilemparkannya
sepatu saya, sialnya bukan ke arah saya tapi ke atas loker.
“Upsss...soriii,”
kata Wisnu.
“Bangsat, tak hajar kamu semua!!!” kata
saya dalam hati.
Seperti
ada kekuatan yang menggerakkan tubuh saya untuk menerkam Wisnu. Kamipun jatuh
berguling-guling di lorong sekolah itu, tangan kiri saya mencengkeram krah baju
Wisnu dan tangan kanan saya berhasil memukul muka Wisnu tiga kali.
Tiba-tiba
dari arah belakang, Dodik dan Sidik memukul saya, “Plak!!!”
***
“Wah
hebat kamu Bon, berani melawan Geng Gondes meskipun ada lima jahitan di
kepalamu.”
“Ah,
itu sih terpaksa Peng. Eh, ngomong-ngomong bagaimana kabar mereka bertiga?”
“Itu
terkapar di ranjang sebelahmu. Ada puluhan jahitan di tubuh mereka. Kita
keroyok mereka rame-rame.”
Saya Arif Wibowo, flash fiksi ini berjumlah <300 kata. Saya ikut sertakan dalam Prompt #57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar