![]() |
Burning Giraffes And Telephone by Salvador Dali |
Adzan subuh mulai terdengar bersahut-sahutan dari masjid
dan langgar. Dengan jelas terdengar, “Assholaatu khoirum
minannauum.....Assholaatu khoirumminannauum...”
Kulihat seorang perempuan muda dengan mengenakan mukena,
seorang diri berjalan pelan menuju masjid. Temaram lampu jalan membuatku tidak
bisa mengenalinya dengan jelas.
Sudah ratusan bahkan ribuan malam, aku selalu
berdiri di tempat ini, disamping kotak telepon umum yang sudah tidak terpakai.
Aku sangat hafal dengan siapa yang lewat, jam berapa mereka lewat, dan kebiasaan apa yang mereka kerjakan ketika
melewati tempatku berdiri. Tapi kali ini, sumpah, aku belum pernah melihat perempuan
muda ini.
“Permisi, numpang lewat.” Perempuan muda itu menyapaku.
Aku hanya tersenyum, aku arahkan pandanganku ke tempat
lain.
“Bagaimana malam ini? Ramai gak? Pasti sepi ya, kok jam
segini masih disini.” Lanjut perempuan muda itu.
Jangkrik!
Ngapain juga dia nanya-nanya, mau rame mau sepi apa pedulinya dia.
“Marah ya? Kok diem saja...Maaf...”
Sudah,
sudah, sudah....cepetan lewat! Keburu qomat tuh!
“Kemana Mas Toni yang bawa motor butut itu , atau Mat
Hatib si juragan besi tua yang permintaannya selalu aneh-aneh, atau Babah Lim
yang kata kamu keringatnya bau babi. Apa mereka sudah punya mainan baru?”
Gaplekkk..gaplekkk!...njijris
saja perempuan muda ini. Eh, tapi kok dia tahu persis orang-orang yang selalu mampir
ke aku.
“Kamu gak subuhan, ayok bareng aku?...Ya sudah, aku
duluan. Aku tunggu di masjid ya.”
Huffttt....iya
nanti aku subuhan.
Aku masih berdiri di tempat itu. Memandang jalanan yang
masih sepi. Aku membayangkan orang-orang yang masih tidur nyenyak,
berselimutkan sarung.
“Belum pulang? Sudah terang lo.”
Perempuan muda itu menyapaku lagi. Mukenanya sudah
dilepasnya.
Jiyaahhh.....Aku hapal bener wajah itu. Hidungnya yang
nyeprok, alis yang melengkung clirit, bulu mata pendek, pipi agak tembem. Itu
aku!
“Ka..ka...kamu siapa?” Tanyaku.
“Ha..ha..haaaaaa.” Perempuan muda itu tertawa. Tertawanya
bergetar seperti suara jerapah.
Lalu aku lihat semuanya serba terbalik, tubuhku terasa ringan,
melayang mengikuti hembusan angin. Aku berteriak, tapi hanya mulutku yang
bergerak-gerak. Aku tidak melihat perempuan muda itu lagi. Lamat-lamat aku
lihat kotak telpon umum tempat aku mangkal itu terbakar.
***
Aku terbangun,
kepalaku masih sangat pusing. Seorang perawat lewat di depan ranjangku.
“Hrrrr...hrrrrr......hrrr.....”
Pengerannnn
, nyuwun pangapunten. Suaraku berubah menjadi suara jerapah.
Saya Arif Wibowo, Flashfiksi diatas adalah terjemahan bebas dari lukisan surealis Salvador Dali yang berjudul Burning Giraffes And Telephone.
Catatan
Pangeran = Sebutan Orang Jawa untuk Gusti Allah atau Tuhan.
Nyuwun Pangapunten = Mohon maaf sebesar-besarnya.
Catatan
Pangeran = Sebutan Orang Jawa untuk Gusti Allah atau Tuhan.
Nyuwun Pangapunten = Mohon maaf sebesar-besarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar