Tiga rumah dari ujung gang, ada sebuah rumah yang
kelihatan berbeda sendiri. Rumah tanpa pagar, terasnya tidak terlalu luas , bersih,
ada taman kecil yang membuat suasana menjadi adem. Ada kursi dan meja kayu cantik
di teras depan. Ruang tamunya berjendela besar tanpa korden. Terlihat diruang
tamu itu, foto Pak Joni memakai jas hitam, sedang merangkul istrinya dari
belakang. Harmonis sekali.
“Tolong pencet bel nya, Yah,” kata istri saya.
Saya pencet bel yang ada di dekat pintu masuk.
Ting..tongg....tingg...tongg....
Keluarlah perempuan setengah baya, berperawakan ramping,
dengan rambut ikal sebahu, memakai celana pendek hawai dan kaos oblong putih.
Wajahnya persis seperti yang ada di foto itu, tapi sedikit terlihat
guratan-guratan dibawah alis matanya.
“Nuwun sewu bu, Pak Joni nya ada?” tanya istri saya.
“Belum pulang itu dik. Ada perlu apa ya?”
“Begini bu, seminggu yang lalu sekitar habis Magrib
seperti sekarang ini, Pak Joni datang ke rumah kami. Kami kaget juga bu, karena
selama ini Pak Joni jarang berinteraksi dengan kami tapi sekarang kok tiba-tiba
datang ke rumah kami. Pada wakti itu Pak Joni mengaku kebingungan karena
keponakannya ada yang mau operasi sesar, yang butuh biaya besar. Pak Joni pinjam
uang kepada kami lima ratus ribu. Janjinya hari Selasa kemarin mau dikembalikan
tapi sampai hari Minggu ini, Pak Joni belum mengembalikan ke kami.”
“Huffff!.....Memang ada keponakan yang melahirkan, tapi
sudah sebulan yang lalu. Dan itu pun normal. Saya tidak tahu kalau suami saya
pinjam uang. Sebentar ya dik, saya hubungi suami saya.”
Diambilnya henpon yang ada diatas meja tamu.
“Pa! Sekarang ada dimana?!” Hanya itu yang diucapkan
istri Pak Joni.
Lima belas menit berlalu, saya dan istri saya dibiarkan
menunggu di ruang tamu itu tanpa ditemani oleh istri Pak Joni. Saya mengira,
istri Pak Joni malu menemui kami akibat ulah Pak Joni tersebut.
Trentangggg..tanggg.tangggg....tanggg.
“Itu vespa Pak Joni!” Seru saya.
Saya pun berdiri untuk menyambut Pak Joni, tapi tiba-tiba
istri Pak Joni masuk dari belakang dengan membawa dua gelas teh hangat.
"Monggo dik, diminum dulu. Adik tunggu disini saja biar
saya panggilkan Pak Joni.”
Karena memang haus, saya dan istri saya pun meminum teh
hangat tersebut.
Saya lihat Pak Joni masuk ke rumah diikuti oleh istrinya.
Keduanya tersenyum kepada saya dan istri saya. Tapi anehnya tubuh Pak Joni samar-samar
ada dua , demikian juga tubuh istrinya. Dan senyum mereka lama-lama berubah
menjadi tawa yang memekakan telinga.
***
“Coba ceritakan kepada kami, mengapa kalian berdua
malam-malam kok tidur dibawah barongan
dibelakang rumah Pak Joni?” Tanya Pak Soleh.
Mulut saya membentuk huruf O, demikian juga istri saya.
Kami saling berpandangan.
"Kami tidak ingat apa-apa, Pak.” Jawab saya dan istri
saya bareng.
Catatan :
Barongan adalah tanaman bambu atau pring yang bergerombol di suatu tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar