“Orang-orang itu pada mau kemana Mas?” tanya Sri dengan
intonasi yang bergetar.
Saya injak pelan pedal gas mobil VW Safari saya, jarum di
speedometer berada di posisi angka 0. Di depan mobil VW Safari saya dua orang laki-laki
berjalan menuju ke suatu titik kerumunan yang berjarak sepelemparan batu dari
posisi kami saat ini. Laki-laki yang satu berpakaian formal, sedangkan yang
satunya memakai baju warok yang serba hitam.
“Sudah dapat?” tanya laki-laki yang memakai baju warok.
“Sudah Kang. Laki-laki dan perempuan.”
“Dasar orang-orang bodoh, mau-maunya mereka bertapa mencari pesugihan di
gua pinggir pantai yang curam. Mereka suami-istri?”
“Bukan Kang.”
“Wah, sebenarnya yang diminta Ki Kodok sepasang suami
istri. Tapi gak apalah dari pada gak ada.”
Saya dan Sri diam membatu mendengar pembicaraan dua orang
tersebut. Senjapun turun, suasana
sekitar mulai gelap dan binatang-binatang nokturnal berlarian keluar dari
sarangnya.
“Mas, aku takut.
Kita pulang yuk,” rengek Sri.
“Kemarin kamu ngotot ngajak ke sini, sekarang sudah di
sini malahan ngajak pulang. Nanggung Sri, kita sudah setengah jalan,” jawabku
setengah kesal.
Saya lihat dari kaca spion, terlihat ada beberapa mobil
di belakang kami.
“Lagian Sri, kita sudah gak bisa putar balik. Di belakang
kita ada banyak mobil. Sudah nikmati saja film horornya, atau kalau gak berani tidur
di jok situ saja.”
**
“Mas, Mas, bangun. Drive in nya sudah sepi, sudah selesai
filmnya. Ayo pulang Mas.”
“Loh, mobil Safariku dimana Sri? Kita ada dimana Sri?”
Asap dan bau dupa begitu menyengat di dalam ruangan yang
lembab dan gelap.
Flash Fiksi 244 kata untuk Prompt#71 di Monday Flash Fiction
Tidak ada komentar:
Posting Komentar