Pages

Cari

Senin, 15 Desember 2014

Pembangkangan Bocah




“Kamu lagi, kamu lagi!....Dasar bocah gemblung koplak!”


Bocah berperawakan gembul, berkepala plontos, dengan dua gigi tonggos yang berwarna kuning kehitam-hitaman dan tanpa baju itupun hanya berdiri mematung di tengah-tengah ruangan yang besar.



Dihadapannya duduk tiga laki-laki separuh baya berbadan kekar, dengan jenggot putih panjang  yang menjuntai ke tanah. Mereka bertiga memakai jubah hitam. Di ujung kanan dan kiri berdiri dua perempuan muda dengan potongan baju yang ketat memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya.


“ Eee...nganu Pak...nganu Bu,” kata bocah gembul itu tergagap-gagap.


Kejadian ini adalah kali ke lima si bocah tersebut gagal menyelesaikan tugas yang diembankan kepadanya dalam pekan ini. Ke lima dewan pembina tersebut bingung dengan fenomena yang terjadi pada bocah tersebut.


“Jiyannn, susah benar melatih bocah satu ini,”


“Lima tugas yang kita berikan kepadanya, tak satupun membuahkan hasil yang memuaskan.”


“Kita coba sekali lagi saja. Kalau sampai tugas ini gagal, apa boleh buat kita gantung dia diatas menara di tengah Pasar Bubrah.”


Tugas telah ditetapkan, dan besok pagi-pagi buta sebelum ayam berkokok bocah tersebut harus pergi untuk segera melaksanakan tugasnya. Nyawanya tergantung kepada kemampuan melaksanakan tugas besok pagi.


Malam itu, bocah itu melesat dari tempat isolasinya sambil membawa Ondo Awang-Awang, tangga yang merupakan satu-satunya  alat yang menghubungkan langit dengan alam lain. Sambil menuruni tangga itu, dia gergaji anak tangga itu satu persatu.


“Jangkrik! Memangnya mereka siapa, seenaknya saja menyuruh aku mencuri dengar berita dari langit. Kalau aku kena kena petir apa mereka mau bertanggungjawab?” kata bocah itu bersungut-sungut.


“Ha ha ha ha..sekarang rasakan pembalasanku! Mereka tidak akan bisa memerintahku lagi.”


Bocah itu menghangatkan badannya di dekat api unggun, kemudian dibukanya sebuah karung besar. Satu persatu dikeluarkannya dari dalam karung tersebut lima buah kepala para dewan pembina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar