![]() |
Gambar diambil dari halaman FB nya Mas Dwi Suwiknyo |
Judul :
Diary Buruh Migran
Pengarang : Arsya
Kirana
Penyunting : Tim Revive
Desain Cover: nartoanjala
Lay Out :
djanoerkoening
Cetakan I :
Desember 2014
Font Size : 11
Halaman : x +
310
Dimensi : 14
cm x 21 cm
Harga : Rp
58.500
Pertama kali saya melihat buku ini, dari halaman Facebook
nya Mas Dwi Suwiknyo, pendiri Pesantren Penulis yang tinggal di Jogjakarta. Buku
dengan sampul depan bergambar kapal layar berwarna merah dengan latar belakang
kota Hong Kong serta pemilhan kata untuk judul buku tersebut yang provokatif,
telah menarik keingintahuan saya mengenai kehidupan para pahlawan devisa kita
di negara tempat mereka bekerja. Saya beli melalui Mas Dwi Suwiknyo seharga Rp 60.000 sudah termasuk ongkos kirim.
Sudah sering kita mendengar atau membaca berita mengenai
nasib para pahlawan devisa. Ada yang bernasib baik, pulang dengan membawa
limpahan materi, tidak sedikit pula yang pulang dengan nasib mengenaskan. Ada
yang disiksa oleh majikannya, ada yang ditangkap oleh polisi setempat karena
illegal, ada yang ditipu, bahkan ada yang pulang ke Indonesia sudah tidak
bernyawa.
Buku ini ditulis oleh Yastri Apriani, yang mempunyai nama
pena Arsya Kirana. Penulis adalah seorang Buruh Migran Indonesia yang berasal
dari Tulungagung, yang telah bekerja di Hong Kong selama lima tahun.
Niat dari Arsya Kirana menulis tentang Buruh Migran
Indonesia di Hong Kong adalah sebagai bahan pertimbangan bagi mereka yang akan
terjun sebagai buruh migran di Hong Kong. Selain itu, yang utama adalah untuk
merealisasikan doa yang selalu dia panjatkan ketika bekerja di Hong Kong, yaitu
agar berguna bagi nusa, bangsa , dan sesama umat.
Cerita dimulai dari kegelisahan Penulis yang sedang tidak
mempunyai pekerjaan alias menganggur. Mencoba melamar kerja ke beberapa tempat,
hingga akhirnya menemukan lowongan pekerjaan ke luar negeri dari sebuah PJTKI.
Dengan restu sang ibu, berangkatlah Arsya Kirana ke Jakarta,
tempat penampungan juga tempat mendidik para calon tenaga kerja sebelum mereka
diberangkatkan ke negara tujuan. Banyak hal menarik yang terjadi di tempat
penampungan tersebut yang diceritakan oleh Arsya Kirana, diantaranya mengenai
fenomena hubungan sesama jenis, pemalsuan umur untuk pembuatan passpor.
Empat bulan Arsya Kirana tinggal di tempat penampungan,
akhirnya tibalah waktu yang ditunggu-tunggunya untuk berangkat bekerja ke Hong
Kong.
Dari sebuah desa kecil di Tulungagung, Arsya Kirana
merantau ke Hong Kong, sebuah kota megapolitan yang gemerlap. Ada ratusan, atau
mungkin ribuan wanita seperti Arsya Kirana yang berjuang di negeri orang dengan
harapan untuk bisa merubah kondisi dirinya dan keluarganya.
Selama kurun waktu lima tahun dia bekerja, tentu banyak
suka duka, pengalaman yang telah dilalui oleh Arsya Kirana. Dan dalam bukunya
ini, Arsya Kirana menceritakan apa yang dia lihat, dia rasakan, dia kerjakan,
dia kunjungi.
Dengan membaca buku ini kita bisa merasakan atmosphere
taman Victory Park, tempat berkumpulnya para Buruh Migran Indonesia di hari
libur dengan aneka kegiatan dan dandanan. Fenomena penyimpangan seks dan seks
bebas yang sering terjadi di kalangan Buruh Migran Indonesia, maraknya
perpindahan agama yang disebabkan oleh faktor ekonomi. Juga kasus-kasus yang
sering menimpa para Buruh Migran Indonesia yang disebabkan karena kurang
fahamnya mereka terhadap Undang-Undang.
Arsya Kirana juga menyelipkan beberapa percakapan bahasa
Mandarin sehari-hari, sehingga secara tidak langsung kita bisa belajar bahasa
Mandarin gratis.
Hal yang agak mengganggu adalah tidak tercetaknya tulisan
di halaman 231, 232, 236, 237, 240, 241, 244, 245. Entah itu terjadi di semua
buku yang dijual, atau hanya terjadi di buku yang saya beli.
Adalah sangat jarang sekali seorang Buruh Migran menceritakan
pengalamannya selama bekerja di luar negeri dalam sebuah buku. Saya berterima
kasih kepada Arsya Kirana yang telah bersusah payah menuliskan pengalamannya
selama menjadi Buruh Migran di Hong Kong, sehingga kita menjadi lebih tahu
permasalahan apa saja yang dihadapi para Buruh Migran.
Siapa tahu langkah Arsya Kirana akan diikuti oleh para
Buruh Migran yang bekerja di Arab Saudi, Kuwait, Singapore. Bahkan mungkin akan
ditiru oleh para asisten rumah tangga di Indonesia.
Semoga.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar