Pages

Cari

Jumat, 06 Februari 2015

Curcol Gak Jelas

Selamat malam.

 ( Tulisan ini saya buat di malam hari, setelah pulang kerja. Kalau sampeyan bacanya pagi hari atau siang hari, ya sampeyan ganti saja kata malam dengan pagi atau siang )


Sembari saya mendengarkan lagu – lagu yang dibawakan oleh Bubugiri yang saya download dari BB butut saya via m.vuclip.com. Eh, ada yang tahu Bubugiri gak? Group ini terdiri dari seorang vokalis cewek dengan ukuran XL dan seorang cowok yang mengiringi dengan sebuah gitar akustik. Mereka biasanya manggung di kafe – kafe. Mereka itu yang menyanyikan soundtrack film Sokola Rimba. Belum tahu juga? Ya sudah, silahkan tanya Mbah Gugel saja kalau begitu.

Hari – hari ini saya, saya menggunakan kata “saya” karena mewakili diri saya sendiri, disuguhi berbagai macam berita dan peristiwa yang nano – nano. Berbagai macam rasa jadi satu. Tentu yang paling banyak porsinya adalah masalah perseteruan KPK dengan Polri. Menurut data intelejen saya, awal tidak akurnya KPK – Polri dimulai sejak KPK menetapkan Pak Budi Gunawan sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi tanggal 13 Januari 2015. Padahal tiga hari sebelumnya Pak Jokowi telah mengumumkan Pak Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri.

Kemudian Polri “membalas” dengan menangkap Pak Bambang Widjojanto pada tanggal 23 Januari 2015 dengan tuduhan pemberian keterangan palsu di Mahkamah Konstitusi. Sudah tiga minggu kasus ini tidak menemukan titik terang, sudah banyak sumbang saran dari pakar, dari mulai yang bener – bener pakar sampai pakar abal – abal. Pak Habibie dan Pak Prabowo pun sudah dimintai sarannya. Tinggal kita tunggu dan kita lihat eksekusi dari Pak Jokowi.

Seperti kata Bang Rhoma, “Kau yang memulai, kau yang mengakhiri.”

Yang tidak kalah menarik perhatian saya adalah tentang merebaknya kejahatan di sekitar kita. Tadi saya lihat di tv tentang kasus perampasan motor yang dilakukan enam orang, korbannya adalah seorang perempuan penjual sayuran yang baru pulang dari kulakan sayur di pasar. Korban di buang di sungai, sukur korban tidak di apa – apa kan atau dibunuh. Dua tahun yang lalu kita mendengar berita seorang perempuan yang mau belanja ke pasar di pagi hari , diperkosa oleh beberapa orang yang berpura-pura sebagai penumpang angkot.

Juga kejadian pencurian yang terjadi di kampung saya, Turen. Ada beberapa rumah yang dimasuki pencuri, termasuk rumah saya. Alhamdulillah nya, pas saya bangun di pagi hari pencurinya sudah kabur dengan membawa hasil curian. Takutnya pas saya bangun, pencurinya masih ada di rumah dan nekat melakukan tindakan bodoh. Menurut saya, hal yang paling menyakitkan dari kemalingan adalah terinjak –injaknya harga diri kita, tanpa kita bisa melawan dan pihak – pihak yang seharusnya memberikan perlindungan, ketika dilapori hanya diam.

Saya jadi ingat tentang Petrus di tahun 1983, waktu itu saya kelas 4 SD. Semua GALI, singkatan dari Gabungan Anak Liar, istilah untuk preman pada jaman itu pada tiarap. Mereka yang punya tatto di tubuhnya tidak ada yang berani memperlihatkan tattonya. Karena sebagian besar gali yang di petruskan mempunyai tatto di tubuhnya. Wolak – walik nya jaman, gambar tatto di tubuh sekarang menjadi sesuatu yang menurut mereka mempunyai nilai seni, yang harus dipamerkan kepada khalayak.  Memang sih ada satu,  dua  orang bertatto yang alim.

Saya tidak tahu apakah setelah peristiwa petrus itu kejahatan berkurang drastis. Pada masa itu media masa dan media sosial belum sebebas dan seluas sekarang, sehingga berita – berita kriminal tidak mudah kita temui seperti sekarang ini. Tapi saya haqqul yakin, efek penggetarnya pasti  sangatlah besar.

Kadang saya berandai – andai ada sekelompok penegak hukum yang bekerja secara diam – diam dan sistematis memberantas kejahatan dan memelihara keamanan di lingkungan kita. Saya yakin pasti banyak yang pro dan kontra.

Yang ingin saya katakan adalah, mbok yao pihak – pihak yang berselisih paham itu mikir, masih banyak urusan yang seharusnya mereka urus. Kesampingkanlah ego masing – masing dan rendahkan hati kalian.

Ada sebuah puisi dari Pak Taufik Ismail yang patut disimak, tentang kerendahan hati.

Kerendahan Hati
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin
Yang tegak di puncak bukit
Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik,
Yang tumbuh di tepi danau
Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar,
Jadilah saja rumput, tetapi rumput yang
Memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya
Jadilah saja jalan kecil,
Tetapi jalan setapak yang
Membawa orang ke mata air
Tidaklah semua menjadi kapten
Tentu harus ada awak kapalnya….
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi
Rendahnya nilai dirimu
Jadilah saja dirimu….
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri
Seiring dengan Bubugiri yang sudah capek bernyanyi terus, saya akhiri curcol gak jelas malam ini. Sebenarnya masih banyak hal yang mau saya rumpikan, tapi saya simpan dulu saja buat mbesok – mbesok.


Selamat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar