Aryo berjalan berjingkat – jingkat menuju ruang tengah.
Gerakannya sangat halus, nyaris tak terdengar. Tiba – tiba dari arah dapur
terdengar suara laki – laki dan perempuan sedang bercakap – cakap sambil
berjalan menuju ke ruang tengah.
Aryo segera menghentikan langkahnya, dia menyembunyikan
tubuhnya diantara sofa coklat gelap dan almari besar yang berada di ruang tengah tersebut.
Laki – laki tersebut menghempaskan badannya yang tambun di
sofa coklat tersebut. Si perempuan berjalan di belakangnya, ditangannya memegang
sebuah lepek yang berisi dua buah es
lilin merah menyala dan empat buah stroberi.
“Sudah taruh di meja saja Ma, dia pasti datang.”
Perempuan itu pun menuruti perkataan laki – laki itu.
Diletakkannya lepek itu di tengah –
tengah meja. Kemudian perempuan itu mematikan lampu utama di ruang tengah itu dan
menggantinya dengan lampu hias yang temaram.
Samar – samar harum bunga melati menyeruak di ruang tamu
itu. Bercampur dengan bau kemenyan yang sedikit menyengat..
“Pa...merinding aku. Bener dia akan datang malam ini?”
“Dia dulu sangat suka dengan es lilin dan stroberi, Papa
yakin dia akan datang malam ini.”
Aryo masih diam bertahan diantara sofa dan almari, dia
tidak berani menggerakkan anggota tubuhnya.
Tiba – tiba.....
Wussssss..wusssss.wwusssss,,,
Dari arah yang tidak diketahui,secepat kilat seekor srigala hitam
telah muncul di hadapan laki – laki dan perempuan itu. Matanya tajam menatap
kedua mata laki – laki dan perempuan itu. Lidahnya terjulur, air liurnya terus
menetes.
“Le....tenang le....Ini es lilin saren kesukaanmu. Terima kasih ya Le, berkat kamu Papa – Mama bisa kecukupan seperti ini.”
Lepek = piring kecil
Tole
= panggilan untuk anak laki – laki
Saren
= darah yang kental
Tidak ada komentar:
Posting Komentar