Aku lihat jam di tanganku, pukul
setengah enam sore. Peron itu semakin penuh dengan para pekerja yang akan naik
kereta menuju rumah mereka masing – masing. Suara dari pengeras suara stasiun
memberitahukan bahwa kereta untuk jurusan Kota Baru akan memasuki jalur dua.
Ratusan orang mulai berkerumun mendekati jalur dua. Perlahan masuklah kereta ke
jalur dua. Para calon penumpang saling berlomba mendahului masuk ke kereta yang
masih berjalan pelan.
Aku berdiri, tapi tidak ikut
berdesak – desakan dengan para calon penumpang tersebut. Mataku menyapu
pandangan dari ujung ke ujung. Tiba – tiba HP ku bergetar, sebuah pesan singkat
masuk ke inbox.
“Aku masih kejebak macet. mau
nunggu aku kan?” begitu bunyi pesan singkat tersebut.
Sudah lebih dari dari tiga
bulan, kami telah merencanakan pertemuan ini. Kami berdua berjanji ketemu di
sini, dan dari sini kami akan naik kereta ke Kota Impian yang akan memberikan
harapan indah bagi kami berdua.
Aku duduk di sebuah bangku
kosong, menunggunya sambil membaca novel.
Tak seberapa lama, aku
merasa sebuah tangan kasar dan keras memegang pundakku.
“Bangun Mas, sudah malam.
Mas mau kemana?” tanya seorang Satpam.
Aku tergagap, tangan kananku
reflek mengelap air liur yang membasahi pipi kiriku. Aku lihat jam tanganku
sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
“Ya Allah...sudah lebih dari
dua jam aku tertidur.”
Sudah tidak ada lagi
kerumunan calon penumpang, loket juga sudah tutup. Sepi dan dingin.
Aku ambil HP dari saku
celana.
“Mangkanya gak ada telpon
dari kamu, la wong HP nya bejat. Mati.” Sumpah serapahku pada HP ku.
Sebuah benda keras kecil melayang
dari belakang mengenai kepalaku. Segera aku menoleh ke belakang.
“Nyari siapa Pak?” suara
perempuan yang sepertinya sangat familiar di telingaku.
“Kurang ajyaaarrrrrrr.......Kok
gak bangunin aku Miii. Bikin bingung orang saja.”
“Halah, percuma kamu di
bangunin Wo. La wong sampai ngowoh – ngowoh gitu. Pules banget.”
“Mosok sih, kok aku gak kerasa
ya. Wkwkwwk.....”
“Seperti biasa, jawabanmu
wagu, ra mutu, tur nylekit Wo. Dan sekarang rencanamu apa Wo?”
“Kita tunggu di peron ini,
sampai kereta kita datang.”
###
Terimakasih kepada Abenk atas foto nya yang keren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar