Pages

Cari

Kamis, 29 Oktober 2015

#FFRabu - Putri Panggung

Dengan dibalut kebaya merah tipis dan jarik, gerak tubuhnya begitu gemulai. Jari – jari lentik digerakkannya mengikuti alunan gamelan yang mendayu – dayu. Mata para lelaki tak pernah berkedip mengikuti gerak pinggulnya. Para wanita melihatnya dengan tatapan sinis.

Kamis, 22 Oktober 2015

#FFRabu - Surat Perintah Pak Presiden

Suasana hening dini hari itu menyelimuti ruang tengah Istana Negara. Tiga orang jenderal duduk dihadapan seorang presiden yang sedang sakit, lemah tak berdaya. Asap rokok tak henti – hentinya keluar dari mulut pak presiden.

Seorang jenderal yang berwajah kalem dan sumeh sedang mendiktekan konsep surat kepada dua orang jenderal juniornya.

Selasa, 20 Oktober 2015

Prompt #93 - Cermin Besar di Rumah Loji.

foto diambil dari sini

Di dekat gang kecil itu ada sebuah rumah besar peninggalan Belanda yang dipunyai oleh laki - laki keturunan Cina, orang – orang mengenalnya sebagai Bah Tiong. Temboknya tinggi, pintu masuk utamanya juga tinggi.  Halamannya  tidak terlalu luas, terdapat  teras depan berbentuk pendopo. Daun pintu dan daun jendelanya khas Belanda banget. Tinggi dan gede. Warna bangunan didominasi warna putih gading. Di dinding yang memisahkan ruang teras depan dengan ruang dalam terpasang sebuah cermin besar. Rumah tersebut dikenal sebagai Rumah Loji.

Jumat, 09 Oktober 2015

Prompt #91 - Tidak Untuk Ke Dua Kalinya


“Pegang tangan Ayah.”

Ke dua laki – laki beda usia itu berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan tanah yang basah setelah hujan hampir seharian.
Aku berjalan dibelakang mereka, pandanganku tak pernah lepas dari polah tingkah mereka berdua.

“Hati – hati, jalannya licin!” teriakku pada mereka.

Rabu, 07 Oktober 2015

#FFRabu - Perempuan Bergaun Pengantin Eropa Warna Putih

Suara gaduh tengah malam di rumah sederhana tipe 32 itu membangunkan tetangga. Berbondong – bondong mereka mendatangi rumah gaduh itu, termasuk aku. Dari balik pagar rumah itu, aku melihat seorang perempuan bergaun pengantin ala Eropa warna putih berdiri mematung di teras depan.

Selasa, 06 Oktober 2015

Surat Yang Tidak Pernah Aku Baca

Tengah malam aku terbangun. Tenggorokan serasa kering, haus. Aku lupa menaruh air putih di dalam kamar. Aku keluar kamar menuju dapur. Aku lihat lampu ruang tengah tempat aku dan teman – teman kos menonton televisi sudah padam. Kamar – kamar kos sepi, teman – teman pasti sudah dibuai mimpi semua. Segera aku percepat langkah kakiku ke dapur, segelas air putih dingin  aku ambil dari dispenser aku bawa ke kamarku.
Segarnya air putih dingin yang menyiram tenggorokanku membuat mataku berbinar terang. Tiba – tiba mataku tertuju pada sebuah amplop ukuran tanggung warna coklat yang tergeletak di meja belajarku. Amplop itu masih tertutup rapat.