![]() |
foto diambil dari sini |
Di dekat gang kecil itu ada
sebuah rumah besar peninggalan Belanda yang dipunyai oleh laki - laki keturunan
Cina, orang – orang mengenalnya sebagai Bah Tiong. Temboknya tinggi, pintu masuk
utamanya juga tinggi. Halamannya tidak terlalu luas, terdapat teras depan berbentuk pendopo. Daun pintu dan
daun jendelanya khas Belanda banget. Tinggi dan gede. Warna bangunan didominasi
warna putih gading. Di dinding yang memisahkan ruang teras depan dengan ruang
dalam terpasang sebuah cermin besar. Rumah tersebut dikenal sebagai Rumah Loji.
Sore itu, seorang laki – laki
berkopiah hitam berdiri di depan Rumah Loji, di tangannya memegang stofmap
hijau lusuh. Tiga kali sudah dia mengucapkan salam, tapi tidak ada jawaban dari
dalam rumah. Didorongnya pintu masuk utama, ternyata tidak dikunci. Dia
berjalan masuk ke pendopo.
“Mengapa cermin ini buram
sekali ?” Di hembuskannya udara dari mulutnya ke cermin tersebut. Kemudian di
usapnya cermin itu.
Wusss.....
Tiba – tiba sebuah bayangan
hitam keluar dari cermin .
Laki – laki itu tersenyum.
“Hae Jin, aku punya tiga permintaan. Aku mau
kaya, punya rumah seperti ini, dan awet muda.” Cerocos laki – laki itu.
“Aku turuti permintaanmu.”
Wusss....
Laki – laki itu raib .
“Selamat menikmati
permintaanmu....di dalam cermin,” kataku sambil mematut diri di depan cermin
dengan kopiah hitam di kepalaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar