Saya kadang capek nerangin
ke teman – teman, keluarga, atau siapa saja yang bertanya kepada Saya tentang
Ternate. La wong Saya ini baru mau masuk Pulau Ternate, babar blas gak ada
bayangan kalau juragan pusat itu mau mindahin Saya ke Ternate. Yang Saya tahu
Ternate terkenal dengan Gunung Gamalama.
Tapi karena sudah ada gentlemen agreement antara Saya dan
juragan pusat, siap ditempatkan dimana saja, ya udah. Siap86 Gan.
Tanggal 12 April 2016,
dengan menaiki Garuda dari Manado menuju Ternate. Saya bersama seorang teman
yang baru pindah juga, dan dengan dua orang teman yang sudah dua tahun di
Ternate. Iseng Saya lihat majalah yang ada di depan tempat duduk saya. Saya
lihat ada peta jalur penerbangan Garuda. Ya Allah……( pekik Saya dalam hati ). Ternyata
dari Malang jauhhhhhhh bingits. Apalagi dari Solo.
Manado – Ternate ditempuh
oleh Garuda selama 50 menit.
Saya ini bukan orang yang
sering jlag – jlug di bandara, jadi
Saya gak bisa menilai Bandara Sultan Baabullah. Kalau menurut Saya, selama
disitu ada Garuda berarti bandara tersebut sangat layak.
Yang pertama ingin saya
ketahui adalah kampungnya Bunda Dorce Gamalama, eh setelah tanya warga sekitar ternyata
Bunda Dorce bukan berasal dari Ternate. Gamalama palsu.
Minggu pertama di Ternate Saya disibukkan dengan mencari kos dan mengisi kos. Dapat kos seharga Rp 900 ribuan, kamar mandi dalam, halaman luas, tapi kosongan. Kalau sudah gini, pasti akan membandingkan dengan di Jawa. Eh, tapi yang di Jakarta mungkin seharga itu juga ya?.....
Yang pertama menarik
perhatian adalah angkutan umum nya. Yang pertama adalah angkot. Hampir sama
dengan di Malang, warnanya biru. Yang membedakan adalah….banyak perbedaannya.
Modifikasinya keren banget,
melebihi mobil pribadi. Bannya radial. Sound nya seperti mau ada pawai
Agustusan. Bermandikan cahaya lampu. Kursinya menghadap depan semua, dengan
kapasitas penumpang delapan penumpang. ( Mohon dikoreksi kalau salah, karena
belum pernah naik. ) Dan yang lucu, gak ada trayek resmi. Berkeliaran seperti
becak.
Oh iya, becak tidak
diperbolehkan di Ternate karena kontur daerahnya naik turun. Kasihan Abang
becaknya Jo.
Yang kedua adalah ojek. Tiap orang bisa jadi
ojekers disini. Semisal Sampeyan naik sepeda motor, kemudian ada orang nyegat
kita sambil bilang “Ojek Bang?”…Ostosmastis Anda telah dilantik menjadi
ojekers. Demikian juga sebaliknya, Sampeyan bisa seenaknya mengangkat orang
jadi ojekers.
Ada lagi sarana
transportasinya yaitu kapal laut, speedboat, ferry. Sampai tulisan ini diunggah
Saya belum merasakannya. Tunggu cerita Saya ya…
Pasti pada nanya makanan. Yang
suka ikan laut, Ternate adalah surganya. Apalagi bisa masak sendiri. Harga ikan
mentah murah banget, tapi kalau sudah mateng, ya lumayanlah. Pernah maen ke
pasar ikan, harga satu ember cumi cuman limapuluh ribu. Ada satu tempat makan
ikan laut yang terkenal yaitu di dalam terminal. Tempatnya kumuh, tapi
ampunnnnnnn kalau malam Minggu bisa antri satu – dua jam ( katanya sih… ).
Kemudian apalagi ya?...Hmmmm
kondisi kotanya kecil, bersih, di batasi langsung oleh laut. Di tengah kota ada
pantai namanya Pantai Falajawa, tiap sore dan minggu pagi rame dengan orang
berenang di laut. Airnya bening, terumbukarangnya kelihatan. Yang sekarang lagi
trend di Ternate adalah inlineskate. Hampir tiap hari bocah – bocah bermain
inlineskate di pinggir jalan. Gak kenal pagi, siang, malam. Juga skateboard
yang pakai listrik. Di mall ada beberapa ibu – ibu muda belanja pakai
skateboard listrik. Saya saya sampai nggumun,
di daerah terpencil ternyata ada juga yang beli barang seperti itu.
Tapi..sudahlah gak usah dibahas.
Untuk pariwisata di tengah
kota yang pasti laut. Ada keraton Ternate. Orang menyebutnya Kedaton. Jangan dibanyangkan
seperti keraton Solo atau Jogja. Keratonnya kecil, seperti rumah orang kaya
jaman dahulu. Waktu Saya kesana ditemui oleh abdi dalemnya. Bapak itu
menerangkan saat ini kedaton tidak punya sultan, karena belum ada pemilihan
putra mahkota sepeninggal Sultan Mudafar Syah. Mayoritas penduduk Ternate adalah muslim.
Ada beteng peninggalan VOC,
namanya Fort Orange. Di depan beteng ada kanal kecil, mungkin niru di Belanda
sana. Kita bebas masuk kesitu tanpa dipungut biaya.
Untuk bahasa, mereka memakai bahasa Indonesia dengan kecepatan 360 km/jam. jadi kita harus konsentrasi penuh untuk mendengarkan perkataan mereka.
Jangan dikira di Ternate gak ada mall atau cafe ya. Sepengetahuan Saya ada KFC, Excelsso, PaparonsPizza, Hypermart. tapi Saya gak pernah masuk kesitu. Takut malu - maluin.
Kalau Ramon Tungka melakukan ekspedisi 100 hari Keliling Indonesia, Saya mungkin 360 hari X 2 Keliling Ternate.
Doakan saya sehat, biar bisa mengabarkan Ternate ke dunia luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar