Hae Jum....Apa kabar? Semoga senantiasa kebaikan dan kesehatan ada pada aku dan kamu. Masih ingat dulu aku pernah janji mau cerita tentang Tidore kan. Maaf kalau ternyata cerita itu tertunda terus. Entah karena kesibukan mu atau kesibukan ku, mumpung tadi aku ke sana, ini aku mau cerita tentang Tidore. Baca ya...
Aku yakin pasti kamu masih ingat pelajaran sejarah jaman SD kita dulu kan. Sejarah kerajaan - kerajaan di Indonesia. Ternate dan Tidore adalah dua nama kerajaan yang sangat melekat di ingatan kita. Ternate dengan Sultan Babullah nya dan Tidore dengan Sultan Nuku nya.
Jum, beruntung banget siang ini laut Maluku Utara tenang tidak bergelombang. Bisa kamu lihat betapa birunya air laut dan cerahnya langit. Ferry yang aku tumpangi dari Dermaga Bastiong Ternate melaju dengan nyaman, meskipun tidak sesuai jadwal tapi masih pada ambang batas psikologis lah. Mungkin karena hari kerja ya, penumpang ferry tidak banyak. Aku lihat tadi ada empat atau lima mbak - mbak dengan seragam kerja putih - hitam. Mereka lagi asik wefie. Seperti kebiasaan kamu.
Aku tidak tahu secara pasti berapa menit ferry menyeberang ke Tidore. Mungkin aku keasyikan melihat laut dan deretan gunung yang merupakan Ring Of Fire. Dermaga Rum di Tidore siang itu sepi dan tentu saja panas.
Dengan perlahan - lahan, mobil aku keluarkan dari perut ferry. Satu per satu dengan tertib mobil keluar mengikuti aba - aba petugas ASDP.
Menyusuri jalanan Tidore sungguh mengasyikkan, Jum. Berbeda banget dengan jalanan di Ternate, mobil dan motor begitu memenuhi jalanan yang sempit. Jalanan di Tidore lebar, lengang, berkelak - kelok seperti di Miami Beach, dengan pemandangan laut dan dinding tebing yang tinggi megah. Bahkan kalau kamu selfie di tengah jalan pun aman. Sekilas rumah - rumah mereka bagus - bagus, banyak sekali aku temui masjid yang cantik - cantik. Yang agak aneh bagiku, kok aku jarang sekali menemui orang yang lagi apa kek. Apa mereka lagi berkebun semua? Oh ya Jum, hampir seluruh rakyat Tidore mempunyai kebun cengkeh dan pala. Katanya pohonnya sudah berumur ratusan tahun. Sayangnya tempatnya jauh, di daerah Topo, mungkin lain aku mau kesana Jum.
Jum, yang susah di Tidore adalah mencari warung makan dan hotel. Atau mungkin aku saja yang gak update. Tapi tadi siang itu cuman nemu satu warung ikan, sepertinya sih yang paling bonafid di sini. Karena banyak pegawai pemda yang makan siang di situ. Menu favoritnya ikan bakar Sekuda. Pasti kamu bilang, "Curanggggggg....."
Tujuan berikutnya adalah Kedaton. Ada empat kedaton di wilayah Maluku Utara ini. Kedaton Ternate, Kedaton Tidore, Kedaton Bacan, Kedaton Jailolo. Sayangnya, kedaton masih dalam renovasi sehingga untuk sementara ditutup ndak bisa dikunjungi. Sayang ya. Ndak papa mungkin lain kali, kita bisa ke sana Jum.
Tidak jauh dari kedaton ada sebuah benteng yang bernama Benteng Tahula. Letaknya di ketinggian, untuk mencapainya aku harus menapaki anak tangga yang kata orang - orang berjumlah 150. Posisi tangga tersebut hampir tegak lurus, aku coba menghitungya. Ketika pada hitungan ketiga, napasku sudah mengingatkanku tuk melupakan hitungan itu. Fokus saja pada langkah kakiku yang labil.
Menurut keterangan yang ada dilokasi, Benteng Tahula didirikan oleh Spanyol pada tahun 1607. Gilak. Pada tahun 1600 an orang Eropa sudah mencapai Tidore, aku yang orang Jawa dipindah ke Ternate saja sudah sambat ngaru oro kemana - mana. Jadi betapa peradaban Eropa sudah begitu modernnya.
Benteng Tahula yang sekarang ini tinggal bekasnya. Di bagian paling atas sudah tidak ada bangunan sama sekali, hanya tanah terbuka dengan ukuran 7 X 5 m. Dari atas sini aku bisa melihat laut, jalanan, rumah penduduk, deretan Ring Of Fire. Keren bingits Jum.
Dibawah bangunan yang paling atas tadi ada bekas bangunan, sepertinya kolam pemandian. Ketika aku turun agak jauh, aku lihat ada dua atau tiga makam. Tapi perasaanku kok gak enak, ndak seperti biasanya. Untung aku segera memutuskan balik kanan grak.
Adzan Asar terdengar dari atas Tahula sini. Alhamdulillah Allah memberikan rukhsoh kepada musafir seperti aku ini, Jum. Sudah aku jamak qosor Asar dengan Duhur tadi pas Duhur. Tapi aku harus segera ke Rum untuk balik ke Ternate. Menurut jadwal, ferry ke Ternate sekitar jam empat sore.
Segera aku pacu mobil menuju dermaga Rum sambil menikmati kelak - kelok indah pemandangan Tidore. Ketika aku tiba disana, sudah ada empat mobil yang antri menunggu ferry. Aku pun ikut antri, dan sambil menunggu ferry ngopi dulu Jum.
Okay, aku ngopi ngacang dulu ya Jum. Lain waktu aku kirim surat lagi, semoga kamu gak bosen baca suratku yang wagu ra mutu.
Jaga diri ya Jum, jangan nakil.
#ndleming wagu ra mutu surat untuk Juminten ditulis di warung kopi kecil di Rum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar