Ting...ting..
Suara notifikasi WA terdengar di hape saya pagi itu. Sebuah nama yang sudah tidak asing terlihat di layar hape.
"Aku jenuh." Tulisnya.
Tumben-tumbennya dia curcol. Setahu saya, ibuk ini adalah seorang perempuan yang tangguh, dengan dua anak cowok yang sudah beranjak besar. Setiap hari harus mengurus semuanya sendirian karena sang suami bekerja nun jauh di ujung Timur republik ini.
"Gak kerja, Bos?" tanya saya di WA.
Ibuk ini mempunyai pekerjaan memborong bangunan. Hari - harinya berkutat dengan para lelaki tangguh bin manol, kadang ikutan mengaduk - aduk semen dan pasir. Mobile kesana kemari mencari material.
"Sudah sebulan gak ada proyek, cuman gambar aja."
"Ikutan Indonesia Mengajar aja, cari di Mbah Gugel deh." Jawab saya.
Setelah itu, saya sibuk dengan aktivitas pagi saya yaitu nyuci baju. Nyuci baju itu adalah petuah bijak dari seorang teman yang sekarang sedang di rantau juga, tepatnya di daerah Tual, Ambon. Kata dia, untuk mengisi hari -hari di rantau rajin - rajin lah nyuci baju. Alasannya karena waktu kita biar tidak terbuang percuma, dan yang fundamental adalah kita bisa melepaskan energi kita.
Ting..ting..
Suara notifikasi WA terdengar di hape saya siang itu. Sebuah nama yang sudah tidak asing terlihat di layar hape.
"Kudu nangis." Tulisnya.
Wah ini, gaswat nih, pikir saya. La wong saya gak ngapa -ngapain kok dia nya mau nangis.
Sebuah foto dia kirimkan ke WA saya. Di foto tersebut ada enam orang perempuan sepuh yang duduk di kursi roda semua.
"Aku di pondok pesantren untuk lansia." Tulisnya.
"Mereka itu ditinggal anak - anak mereka semua. Padahal yang baju itu, anaknya jadi pengacara lo."
"Tapi dia tuli."
"Mungkin anaknya sebel."
"Astaghfirullah..." Jawab saya.
"Semoga anak - anak mereka atau keluarga mereka ada yang peduli."
"Aku ajak mereka ngobrol."
"Jagongan."
"Mereka butuh teman bicara."
Sedih, mendengar cerita Ibuk tadi. Tidak saja bayi yang dibuang, orang tua yang luar biasa besar jasanya pada anak - anaknya tega dibuang juga. Saya berharap cerita ibuk tadi salah, mereka bukan dibuang oleh anaknya ataupun kerabatnya. Tapi memang sudah gak ada sodara lagi sehingga di usia tuanya nyantri di pondok pesantren lansia tersebut.
Saya mengapresiasi kejenuhan Ibuk tadi, sehingga beliaunya mengambil keputusan yang out of the box banget. Bisa saja beliaunya ikut kumpulan pengajian, kemudian ngrumpi disitu. Atau ikutan balapan liar. Tapi beliau cari kesibukkan yang bisa berarti buat orang - orang yang memang butuh perhatian.
Thanks sudah berbagi cerita ya, dan semoga istiqomah.
#ndleming wagu ra mutu di kubikel kantor sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar