![]() |
Pengunjung venue KM Ternate |
SUNNATULLAH
Kalau kita baca mengenai
teori manusia sebagai mahluk sosial, ada beberapa teori yang terkenal.
Aristoteles menggunakan istilah Zoon Politicon, zoon berarti hewan dan
politicon berarti bermasyarakat. Kodrat manusia adalah hidup bermasyarakat dan
berinteraksi dengan pihak lain, itu yang membedakan manusia dengan hewan.
Adam Smith menggunakan
istilah Homo Homini Socius, manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya.
Dalam perspektif Agama
Islam, hidup bermasyarakat adalah suatu sunnatullah.
PROLOG
Setelah selesainya Hari
Mengajar Kemenkeu Mengajar Ternate pada tanggal 23 Oktober 2017 ( bisa dibaca Kemenkeu Mengajar Ternate : Mencoba Menginspirasi Kids Jaman Now ), ada satu
keinginan dari Panitia Lokal Kemenkeu Mengajar Ternate untuk mengadakan pameran foto. Sebenarnya
ini adalah keinginan yang nekat. Karena kita tidak punya pengalaman apapun
mengenai pameran fotogarafi, kita juga bukan orang yang paham soal fotografi.
Kamera aja cuman kamera hape made in
Cinoan.
Tujuan kita timbul dari
pemikiran yang sederhana saja, alangkah sayangnya foto – foto yang sudah susah
payah di hasilkan oleh para Relawan Dokumentator hanya dinikmati oleh segelintir
orang. Juga support buat para Relawan Dokumentator untuk lebih pede lagi, “ Eh
fotoku di pamerin lo.” Kira – kira begitu.
Satu lagi untuk menyenangkan
hati anak – anak SD 02 dan 44 Ternate, bahwa sekolahan mereka, tari – tarian mereka,
upacara mereka, wajah – wajah mereka ada di foto yang dipamerkan. ( Sungguh
mulia sekali torang pe tujuan bukan? )
Rencananya kita akan
mengadakan pameran di sebuah kafe di belakang mol lama Ternate. Pertemuan
dengan ownernya kita lakukan. Sudah ada deal – deal tertentu dengan owner, yang
maaf tidak bisa saya ungkapkan disini. Beberapa persiapan telah kita lakukan,
yaitu cetak foto. ( Yaiyalah, mosok mau pameran foto belum ada
foto yang dicetak. )
Bagi tamang – tamang yang
aktif di komunitas relawan pasti akan menghadapi tantangan – tantangan. Saya
tidak menyebutnya kendala, karena kendala kedengarannya kok manjah...
Tantangan untuk suatu
komunitas yang anggotanya para pegawai kantoran adalah harus bisa berkompromi
dengan pekerjaan. Maksud saya begini, tupoksi mereka adalah dibayar untuk
mengerjakan tugas – tugas kantor. Sedangkan di komunitas adalah suka rela,
tidak dibayar. Ostosmastis skala
prioritas mereka adalah tugas – tugas kantor. Kadang mereka ada Dinas Luar ke
luar pulau, ada pekerjaan yang sudah mendekati Jatuh Tempo. (Kok
saya malah curhat ya... )
Okay lah, itulah seninya.
Maka di Kemenkeu Mengajar
Ternate tidak harus Koordinator Kota atau para pejabat yang menghandle acara.
Siapa yang punya ide dan mau, sangat dipersilahkan. ( Its just my opinion...)
JARINGAN
KOMUNITAS TERNATE
Seminggu sebelum hari H
pameran, Kemenkeu Mengajar Ternate mendapat ajakan dari Jaringan Komunitas
Ternate untuk ambil bagian dalam Pesta Komunitas Ternate. Ini adalah ajakan
yang terhormat banget bagi kita, tapi juga membuat kita bingung. Karena kita
sudah membuat deal dengan owner kafe yang akan kita pakai untuk pameran foto.
Alhamdulillah, setelah kita ngobrol
dengan owner kafe tersebut, beliaunya bisa menerima alasan kita membatalkan
rencana memakai kafe tersebut untuk pameran foto.
Hari Sabtu, 18 November
2017, bertempat di depan Benteng Oranje Kemenkeu Mengajar Ternate ikut serta
dalam Pesta Komunitas Ternate. Ada sekitar 45 komunitas yang ambil bagian.
Komunitas fotografi, komunitas film, komunitas rapper, komunitas pegiat
literasi jalanan, komunitas pecinta bahasa, komunitas pegiat pendidikan di
daerah terpencil, komunitas pegiat sejarah dan budaya, komunitas pegiat pelukis sketsa,
dan banyak lagi.
Kita menempati venue 1D
dengan ukuran 6x6 m. Satu venue diisi oleh dua komunitas. Kebetulan kita
berbagi venue dengan Komunitas Pecinta Bahasa ( Kopi Bahasa ),yaitu sebuah komunitas
yang bergerak memberikan les beberapa bahasa asing gratis kepada anak – anak muda
Ternate.
![]() |
"Ituuu fotokuuu..." |
Di venue tersebut kita
menggantungkan foto – foto kegiatan Hari Mengajar di SDN 2 Ternate, SDN 44
Ternate, dan SDN 4 Tobelo. Tidak banyak properti di venue Kemenkeu Mengajar
Ternate. Pas di depan venue kita adalah panggung utama, dimana segala aksi
hiburan ala anak muda Ternate tampil di situ.
Ada banyak atraksi budaya
yang ditampilkan. Salah satunya adalah Bara Masuwen atau dalam bahasa Indonesianya
Bambu Gila. Ini adalah sebuah tarian dari Maluku yang agak berbau mistis.
Sebuah bambu yang mempunyai tujuh ruas, dipegangi oleh tujuh orang. Sebelum
memulai tarian ini, seorang pawang membakar seonggok batang padi yang telah di
mantrai dengan Bahasa Tanah, salah satu bahasa daerah Maluku. Di tiap ruas
bambu itu di tiup asap batang padi tadi. Suara tifa dan gong membuat sebuah
alunan musik yang mendayu – dayu menambah mistisnya suasana. Kemudian tujuh
orang tersebut akan membuat sebuah gerakan kesana kemari, bak sebuah tarian, menahan bambu yang tiba – tiba menjadi berat. ( Mari torang coba jo...)
Sore yang gerimis, venue
Kemenkeu Mengajar Ternate terlihat dikunjungi oleh segerombolan anak muda.
Ternyata mereka hanya menumpang berteduh sambil melihat hiburan di panggung
utama.
Tiba – tiba, “Kak, ini foto
kakakku.” Tunjuk seorang anak pada sebuah foto. “Ini fotokuuu..” Kata yang
lain. Ternyata beberapa murid SDN 44 datang untuk melihat pameran. Lumayan lah,
salah satu tujuan kita membuat pameran foto terpenuhi.
Yang bikin agak gimana
adalah pertanyaan mereka. “Kak Putra mana ?” Tanya seorang cewek murid SDN 44 Ternate. Untuk
diketahui, Putra adalah seorang pegawai muda Bea Cukai Ternate yang kemarin
ikut menjadi relawan pengajar di SDN 44. Dia adalah idola para gadis
dibawah umur di SDN 44.
Untuk
Putra, tanggung jawab ngana tuh....
Dimalam hari ada sebuah agenda
acara yang bernama Pecha Kucha dari seluruh komunitas yang ikut. Ini adalah
format presentasi dengan 10 gambar / slide dimana setiap slide berdurasi 20
detik. Menurut saya, seharusnya ini akan menjadi acara yang sangat menarik.
Dimana kita akan saling tahu profil dari masing – masing komunitas. Sayangnya
tidak berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Tiada gading yang tak retak.
Dan rangkaian acara ditutup
secara formal dengan melepaskan lampion warna – warni ke angkasa.
Apresiasi yang tinggi buat
Jaringan Komunitas Ternate, tamang – tamang komunitas, para pengunjung.
Tabea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar