![]() |
Traveloka |
Saya
pernah mendengar seorang motivator pada suatu acara In House Training di
kantor, berkata begini, “ Yang tidak pernah berubah adalah perubahan itu
sendiri.” Artinya apa ? Artinya bahwa perubahan itu akan selalu ada. Misalnya,
jaman kakek nenek kita dahulu beli tiket pesawat harus ke kantor maskapainya,
agak kesini dikit bisa lewat calo – calo, di era modern beli di agen – agen
perjalanan, di jaman now lebih dimudahkan
lagi hanya dengan sekali sentuh di layar hape, kita sudah bisa membeli tiket
pesawat. Kira – kira begitu.
“Ah,
omong kosong.” Pikir saya. Selama ini hidup saya mengalir saja, pelan, seperti
aliran sungai di musim kering. Pagi pergi ke kantor naik angkot, sore pulang ke
rumah naik angkot juga. Eh jangan punya pikiran
negatif dulu ya, jangan pada mikir, “Ni orang gak tau bersyukur apa?” Menurut
saya bersyukur apa tidak itu tergantung sikap kita, kalau kita bisa menikmati
keadaan kita berarti itu bersyukur, tanpa harus kita ucapkan, “Saya bersyukur Ya
Allah.”
Awal
April 2016, di tengah malam, suara notifikasi grup WA kantor berulang kali
berbunyi. “Tang ting tang ting tang ting.” Huh, berisik banget. Ada yang ngasih
ucapan selamat, “ Congrat Bro, semoga amanah.” Ada juga yang komen, “ Siapin
koper Mas.” Apaan sih ini, komennya kok pada gak jelas. Oh ternyata saya belum
pakai kacamata sehingga tulisannya blawur,
doble semua.
Setelah
kesadaran saya sudah mencapai ambang batas normal, perlahan saya baca dari awal.
Deg......Ada postingan tentang mutasi pegawai. Tahu sendiri kan, salah satu hal
yang tidak bisa dihindari oleh pegawai DJP adalah mutasi. Mutasi itu seperti
kita mengocok lotere. Berharap mendapat lotere, tapi sangat cemas dengan isi
lotere tersebut. Kalau lotere yang kita dapat sesuai dengan harapan kita,
berbahagialah kita. Tapi kalau meleset dari harapan kita, tetap berharap di
lain waktu akan sesuai harapan. Kok malah curhat sih....
Dengan
teliti saya cari nama saya di daftar mutasi. Lebih dari 3 kali saya baca dari
awal hingga akhir.
Positif,
saya di mutasi ke Ternate.
Mulailah
googling, dimana Ternate itu, naik apa ke sana, berapa harga tiket ke sana, dan
sebagainya. Mulai pasang aplikasi Traveloka di hape saya. Entah mengapa yang
ada di benak saya waktu itu kalau beli tiket online ya Traveloka. Mungkin
karena promosinya yang begitu dahsyatnya, dahsyatnya, dahsyatnya....Eh, itu
Anggur Merah nya Bang Meggy Z ding.
Setelah
pasang aplikasi Traveloka di hape, saya eksplor menu – menu yang ada di
Traveloka. Jujur, dari Traveloka lah saya pertama kali tahu kalau Bandara
Juanda Surabaya itu kodenya adalah SUB, Bandara Sultan Babullah Ternate kodenya
TTE, Bandara Sultan Hasanudin Maros kodenya UPG. Mengapa tiga bandara itu yang
saya hafal ? Karena itu adalah rute penerbangan saya dari Surabaya ke Ternate,
transit dulu di Maros.
Bagi
saya yang nota bene nya adalah old school
jaman now , pengoperasian aplikasi Traveloka ini termasuk dalam kategori
“mudah”. Kita tinggal pencet ini pencet itu, kalau dalam istilah Jawa adalah tinggal dudal dudul saja akan tersajikan
informasi penerbangan ke tempat yang akan kita tuju.
Suatu
saat saya sudah beli tiket pesawat ke SUB pada hari H. Tiba – tiba di H-3 pukul
22.00 WIT, saya dikabari kakak saya yang di JOG meninggal. Yang pertama
terlintas di otak saya adalah cari tiket ke JOG buat besok pagi. Untungnya ada
menu Reschedule di Traveloka, pada malam itu juga saya bisa mengalihkan
penerbangan ke SUB menjadi ke JOG esok hari. Nggak kebayang kalau beli tiket masih
harus ke agen perjalanan, pastinya saya harus nunggu besok pagi untuk melakukan
reschedule di agen perjalanan, dengan segala prosedur yang riweh.
Petuah
bijak Motivator tentang perubahan itu ternyata benar – benar saya alami. Satu hal yang belum di bahas oleh Motivator
adalah dampak dari perubahan, yaitu tagihan kartu kredit yang menggelembung.
Mungkin di IHT selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar