Pages

Cari

Sabtu, 26 Mei 2018

"Saya Hidup dan Berjalan, Maka Sudah Semestinya Mencatat."

Sabeta Geti Lama

 Ketika di grup WA PPD Halsel ada yang memposting pre order buku Sabeta Geti Lama, saya langsung tertarik. Saya mengenal Mabrur, penulis buku tersebut,  ketika saya ikut Kelas Inspirasi Halsel 3 sekitar awal bulan Februari 2017. Pernah satu katinting ketika menuju lokasi SD yang akan digunakan zona inspirasi. Mabrur dan rombongannya turun di satu desa ( maaf saya lupa nama desa tersebut.) Sedangkan saya dan rombongan masih melanjutkan lagi di desa Loleongusu. Cerita saya di Loleongusu bisa dibaca di sini.


Yang saya tahu, Mabrur adalah salah seorang tenaga guru pada program Pemuda Penggerak Desa Halmahera Selatan yang ditempatkan di sebuah pulau di wilayah Halmahera Selatan. Jadi ketika Mabrur menerbitkan buku Sabeta Geti Lama, imaji liar saya sudah membayangkan akan menemukan banyak cerita yang akan memperkaya pengalaman batin saya.

Mabrur membuka kisahnya dengan menceritakan asal mula desa Geti Lama. Desa tempat dimana dia mengabdi selama setahun sebagai Pemuda Penggerak Desa. Mabrur sangat serius menceritakan Geti Lama, sampai dia butuh 5 bab untuk membahas Geti Lama ini. Geti Lama I – V. Dia bisa menceritakan secara detil sejarah desa Geti Lama tersebut. Saya tidak tahu apakah itu berdasarkan cerita dari pelaku sejarah langsung, atau berdasarkan catatan sejarah yang ada, atau berdasarkan cerita lisan dari anak cucu pelaku sejarah, atau dongeng yang beredar di masyarakat.

Kisah perjalanan Mabrur membawa Yolan Teyessen, menuju Jakarta untuk bertemu Bu Susi sangatlah seru. Yolan Teyessen, murid Mabrur yang sangat pendiam berhasil juara 3 lomba menulis surat untuk Ibu Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pengumuman pemenang tersebut terlambat diterima oleh Mabrur karena kendala sinyal yang putus nyambung. Dua hari setelah pengumuman, Mabrur baru mendapatkan kabar gembira tersebut.

Membaca bab Perjalanan Surat Sabeta Buat Ibu Menteri, serasa kita ikut hanyut pada perjuangan Mabrur yang harus bisa meyakinkan orang tua Yolan dan Yolan sendiri bahwa Yolan, murid SD di pedalaman Halmahera Selatan yang belum pernah pergi jauh apalagi bermimpi ke ibu kota kabupaten saja,  akan aman pergi ke Jakarta. Harus mengarungi laut selama kurang lebih 10 jam untuk sampai di Bandara Babullah Ternate. Harus terbang selama hampir empat jam ke Jakarta. Saya tidak akan merusak mood penasaran kalian, silahkan cari tahu apa saja yang menjadi kendala - kendala Mabrur dan apakah mereka bertemu Bu Susi di Jakarta? Atau.....

Penduduk Desa Geti Lama mayoritas adalah beragama Kristen. Hubungan interaksi antar penduduk yang beragama Kristen dan Muslim diceritakan juga oleh Mabrur. Bagaimana Mabrur tiap sore mengajar mengaji di sebuah masjid kecil, bagaimana kedua umat beragama ini merayakan hari raya secara bersama – sama, Natal Sektor Di Desa Geti Lama dan Merayakan Perayaan Hari Raya.

Buku setebal 224 halaman ini terdiri dari 25 bab, berarti ada 25 cerita yang dibagikan kepada pembaca. Di halaman 211 – 224 dilampirkan surat – surat yang ditulis tangan oleh anak – anak SDN Geti Lama dan MTS Al-Bina Darussalam Geti Baru, yang ditujukan kepada sahabat pena mereka di seluruh Nusantara. Mereka menamakannya SABETA : Sahabat Beta Nusantara.

“Saya hidup hidup dan berjalan, maka sudah semestinya mencatat” ( Mabrur M. Yusup )


Terimakasih Mabrur, telah berbagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar