![]() |
Tunjuk Satu Babeh. |
Sebelum
Hari Inspirasi.
Perjalanan menjadi
fasilitator Kelas Inspirasi Ternate 2 dimulai setelah pengumuman rekrutmen
relawan inspirasi dan dokumentasi yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus
2018. Kemudian dibuatlah WA group untuk masing – masing sekolahan, yang
beranggotakan fasilitator, relawan inspirasi, dan relawan dokumentasi.
Saya dan Utari, seorang
mahasiswi kedokteran dan juga Putri Kampus Universitas Khairun 2017, mendapat
amanah menjadi Fasilitator di SD Negeri 62 Takome, Ternate Utara.
Relawan di SDN 62 Takome
terdiri dari 11 relawan inspirasi, dan 3 relawan dokumentasi. Profesi,
domisili, agama, jenis kelamin mereka sangat beragam. Pak Arba’in ( Perimba ),
Capt. Bambang Oetomo ( Pilot ), Dwi ( Dokter Umum ), Edmalia ( Pegawai Pajak ),
Ayu Mentari ( Banker ), Suryani ( Jurnalis ), Kartini ( Pengusaha ), Didit (
Dosen ), Ummu ( Teknisi ), Kartika ( Agen Asuransi ), Julia Putiray ( Pegawai
Karantina ), Okky ( Airnav Indonesia ), Rizal ( Arsitek ), Siti ( Mahasiswa ).
Karena Utari baru pertama
kali sebagai fasilitator, maka saya mencoba membuat catatan kecil tentang tugas
fasilitator. Yaitu :
- Mengabarkan
timeline acara mulai dari Briefing, Hari Inspirasi, dan Refleksi.
- Memberikan
data – data tentang SD tempat zone inspirasi.
- Memantik
diskusi dan menjadi moderator di WAG.
- Membantu
relawan mau ngapain nantinya pas hari inspirasi.
Tugas – tugas yang berhubungan
dengan pihak sekolah dan mama piara, semua di pegang oleh Utari yang secara
sebagai orang lokal dimana dalam menjalin komunikasi lebih cair dibanding Sa yang kadang tara tau dong pe maksud. Dan
juga waktunya Utari lebih fleksibel, sewaktu – waktu bisa meluncur ke mama
piara atau ke SD untuk berkoordinasi.
Untuk para relawan, Saya
juga membuat FAQ sederhana entah itu berguna apa tidak bagi mereka.
![]() |
FAQ |
Tersisa waktu tiga minggu
bagi para relawan SD Negeri 62 Takome untuk mempersiapkan diri mereka.
Minggu pertama, suasana grup
masih sepi.
Minggu ke dua, sudah ada
inisiatif meet up. Selasa, 28 Agustus 2018 Saya, Kak Julia, Kak Rizal meet up
di Istana Cafe. Meskipun hanya tiga orang, banyak hal dibahas. Salah satu
kesepakatan meet up adalah, akan survey ke SD Negeri 62 pada hari Sabtu, 1
September 2018.
Sabtu pagi dari titik kumpul
Lapangan Salero, Kak Didit, Kak Julia, Kak Tika, Saya, dan Utari berangkat survey
ke SDN 62 dan juga ke Mama Piara. Di SDN 62 bertemu dengan Kepala Sekolah dan
beberapa guru, melihat ruangan kelas, ngobrol dengan para siswa. Dilanjutkan ke
rumah Mama Piara, meminta kesediaannya menampung para relawan selama semalam.
Alhamdulillah, Kak Erna bersedia menjadi Mama Piara dengan segala keribetannya.
Setelah survey, kita
kemudian bagi – bagi tugas. Ada yang bertugas membuat name tag buat para murid,
ada yang bertugas mencari plakat untuk diberikan kepada sekolah, ada yang
bertugas mendesain spanduk dan banner, ada yang bertugas merancang ide
menuliskan cita – cita para murid, ada yang bertugas membuat yel – yel, ada
yang bertugas membuat koreo, ada yang bertugas menghitung berapa semua biaya
yang dibutuhkan kemudian menentukan berapa biaya yang harus ditanggung per
relawan.
Tugas saya adalah memantik
keributan di WAG dan menjaga semangat para relawan agar terus menyala. Sungguh
tugas yang sangat receh.
Minggu ke tiga, tepatnya
hari Jumat 7 September 2018 pagi, mulai mendarat para relawan SD Negeri 62
Takome yang dari luar Ternate. Capt. Bambang Oetomo, Kak Lia, Kak Ayu datang
dari Jakarta, Kak Dwi datang dari Pulau Bacan. Mereka dijemput oleh Panlok dan
langsung diantar menuju lokasi briefing.
![]() |
Briefing Kelas Inspirasi Ternate 2.0 |
Sayangnya untuk briefing ini
Utari dan saya tidak bisa ikut karena sesuatu dan lain hal, untungnya ada Kak
Didit yang mau menghandle para relawan SD Negeri 62 Takome untuk sementara
waktu.
Sore setelah pulang kantor,
saya segera menuju rumah Mama Piara tempat dimana para relawan bermalam. Saya
lihat Pak Pilot tidur nyenyak di dalam kamar, mungkin kecapekan karena telah
menempuh ribuan kilometer perjalanan.
Kemudian saya menuju Danau
Tolire Kecil, kira – kira 10 menit perjalanan dari rumah Mama Piara. Disana
sudah ada Kak Didit, Kak Lia, Kak Ayu, Kak Okky, Kak Tika, Kak Julia, Kak Ummu,
Kak Dwi, dan Kak Utari yang sedang latihan koreo yel – yel.
Dan tugas saya adalah
menjaga semangat mereka agar tetap berkobar.
Setelah solat Magrib, Kak
Erna telah menyiapkan makan malam untuk kita. Diatas meja makan terhampar aneka
masakan khas Ternate, sayur kebung. Karena
sayurnya berasal dari kebun belakang rumah. Ada kasbi atau singkong dan pisang yang
dimasak pakai santan, ada sayur daun pepaya, ada sayur lilin, ikan bakar dabu –
dabu, ikan rica.
Tanpa banyak ba bi bu, bak segerombolan
kucing kelaparan seharian melihat ikan asin semangkok, diserbulah meja makan
itu. “This is Jannah.” Kata mereka serempak. Pak Pilot Bambang berkali – kali mengambil
kasbi. “Ini enak banget, enak banget ini.”
Di sela – sela makan malam,
kita mendengarkan cerita dari para relawan. Magnet utama malam itu adalah Pak
Pilot Bambang. Beliau sudah lima tahun megikuti Kelas Inspirasi di beberapa
wilayah Indonesia. Di usia 61 tahun, beliau masih sehat, masih menjalankan
pesawat ke belahan dunia. Subhanallah.....
Salah satu jokes beliau
adalah, “Gimana cara mengetahui itu pramugari junior atau senior?”. Ada yang
tahu?
Kemudian ada Perimba, Kak
Arbain. Orang Sragen yang telah lebih dari 10 tahun menetap di Ternate. Membina
TPQ Baitul Amanah Toboko dan Taman Bacaan Sabuabaca Pustaka Rimba. Yang
menjelaskan kepada kita mengenai konsep Echoteologisme.
Biyuhhhh.....Berattttttt. Biar aku saja yang mencerna, ngana tara kuat memahaminya
Rangers.
Ada Kak Lia, sastrawan muda
dari Direktorat Jenderal Pajak. Ada Kak Iin, Duta PKK Ternate yang menguasai
lima bahasa asing dan ternyata seorang apoteker. Dan kakak – kakak kece yang
lain.
Inilah keuntungan adanya
diskusi di WAG sebelum Hari Inspirasi. Semuanya telah dipersiapkan, sehingga
malam ini bisa digunakan untuk beristirahat dan bercengkrama agar besok fresh
bertemu dengan para murid.
Oh iya, sebenarnya relawan
di SDN 62 Takome ada 14 relawan tapi yang fix bisa ikut hanya 10. Insya Allah
lain kali bisa ikutan.
Menjelang subuh, suara Kak
Julia dan Kak Ummu yang lantang memecah beningnya pagi. Pak Pilot dan Kak
Arbain sudah keluar menuju masjid. Yang lain dengan masih digelayuti kantuk
mulai menggerakkan badan. Ada yang menunggu di depan kamar mandi, ada yang
masih bingung mau ngapain, ada yang solat, ada yang sudah berdandan.
Saya masih tetap menjaga
semangat mereka menyala.
Hari
Inspirasi.
Jam 07.15 WIT terdengar
suara lonceng. Para murid berkumpul di lapangan sekolah. Para guru dan relawan
berdiri di depan para murid. Kak Utari sebagai host, mempersilakan perwakilan
sekolahan untuk memberikan opening speech. Setelah itu Kak Utari mempersilakan
masing – masing relawan memperkenalkan diri secara singkat. Para relawan
mempunyai style sendiri – sendiri dalam mempromosikan diri mereka di hadapan
murid – murid. Ada yang kalem, ada yang biasa, ada yang heboh. Dan kliyan pasti
tahu dong siapa yang paling hebbbohh.....
Sebelum masuk kelas, Panlok
dan relawan melakukan doa bersama dan sedikit briefing. Saya berpesan agar
nanti di kelas para relawan inspirasi tidak melakukan selfi dengan para murid, mereka
fokus menginspirasi. Biarkan relawan dokumentasi menjalankan tugasnya untuk
mendokumentasikan kegiatan ini.
Karena ada seorang relawan
inspirasi yang tidak bisa hadir, akhirnya saya menggantikan tugas tersebut.
Saya mendapat jadwal jam ke dua di kelas tiga. Ketika saya masuk ke kelas tiga,
ada seorang anak yang langsung berdiri maju menghampiri saya. Dia bilang gini, “Kak,
kakak mirip yang main piano di Hitam Putih.” Mak jlebbbb.....Wooottttttt?????
Sebegitu gantengkah saya sehingga ada yang mengira saya seperti Erwin Gutawa???
Eh..ups.
Ok fix, silahkan terbahak –
bahak.
Sekitar jam 12.00 WIT
selesai sudah Kelas Inspirasi. Murid – murid diminta menuliskan cita – cita dan juga mengecap telapak tangan mereka di
kain putih sepanjang 3 meter. Sebagian besar menuliskan cita – cita jadi
polisi, tentara, guru, dokter. Ada dua cita – cita anti mainstream yang
tertulis di kain itu, yaitu Satpol PP dan Petugas Karantina.
Ketika murid – murid dan
relawan sibuk dengan menuliskan cita – cita, Pak Pilot disibukkan oleh beberapa
murid yang menangis tidak mau berpisah dengannya. Dengan sabar dan telaten
seperti dengan cucunya sendiri, Pak Pilot mencoba menenangkan hati mereka. Saya
tidak tahu dengan bujuk rayuan manis apa, anak – anak itu akhirnya reda
tangisnya.
![]() |
Pak Pilot In Action |
Relawan pun banyak yang dikerubuti dan dipeluk
oleh murid – murid. Cuman saya yang tidak dikerubuti dan dipeluk. Mungkin saya
kurang seksi di mata mereka.
Biarlah, karena tugas saya
adalah menjaga api semangat jangan sampai padam.
Refleksi.
Refleksi diadakan di Pantai
Tobololo. Panlok sudah menyediakan sebuah tenda tentara besar yang bisa
menampung 50 an orang. Sayangnya, pas refleksi ini banyak relawan yang tidak
bisa ikut. Ada yang karena ada tugas pekerjaan, ada yang karena alasan lain. Alhamdulillah
untuk relawan SDN 62 Takome masih komplit.
Dengan dimoderasi oleh Kak
Molid, pendiri Ternate Heritage Society, refleksi berlangsung dengan hidmat.
Masing – masing sekolahan yang diwakili 2-3 relawan diberikan kesempatan
menyampaikan refleksinya. Ada relawan yang menyampaikan kritik membangun kapada
fasilitatornya, agar lain kali datang ke sekolah lebih pagi dibanding para
murid dan guru. Ada relawan yang menyampikan saran agar relawan yang baru
pertama kali ikut Kelas Inspirasi mencari tahu kegiatan ini melalui dunia maya
dulu sehingga tidak blank ketika pas Hari Inspirasi. Ada yang sedikit curcol di
usia yang sudah tidak muda lagi, apa sih yang sudah kita perbuat untuk
lingkungan kita? Ada relawan yang tidak peduli apakah murid – murid mau menjadi
seperti profesinya, yang penting dia telah menginstal nilai kebaikan kepada
murid – murid. Ada juga relawan yang dengan jujur niatnya adalah mengajak murid
– murid mengikuti jejaknya sebagaimana profesinya.
Kegiatan Kelas Inspirasi ini
dibangun dengan 3 tujuan sederhana.
Untuk Siswa, membuka
imajinasi mereka tentang profesi di masa depan dan tekad berjuang mencapai cita
– cita.
Untuk Profesional,
menyediakan wadah bagi mereka untuk merasakan langsung tantangan pendidikan
sehingga mereka terus terlibat dalam memajukan pendidikan.
Untuk Guru, dapat membangun
jejaring dengan dunia luar untuk dilibatkan dalam memajukan pendidikan.
Sejujurnya saya pun tidak
yakin tiga tujuan tersebut telah saya capai. Kalaupun ada yang mengatakan ini hanya
selebrasi sehari, saya terima dengan lapang dada. Sejatinya saya lah yang terinspirasi
oleh siswa, guru, para relawan, dan Panlok.
Silahkan menonton video Kelas Inspirasi Ternate 2.0 yang dibuat oleh Kak Yogi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar