Saya mengenal Mas Ady
Setyawan dari pertemanan di Instagram awal tahun 2022. Kalau tidak salah karena
Mas Ady sering posting tentang sejarah, sesuatu yang saya minati juga meskipun
tidak semumpuni Mas Ady..
Nama akun instagramnya adalah adysetawan1403. Di akun
tersebut Mas Ady menuliskan di bionya sebagai military history writer and
researcher.
Pada suatu saat, Mas Ady posting pre order bukunya terbaru yang
berjudul Tragedi Batavia 1629. Dari judulnya saja, menurut saya sangat membuat
penasaran. Langsung saya DM Mas Ady, pesan satu.
Sampul bukunya bergambar sebuah
kapal kayu dengan satu layar kecil dibelakang, dua layar besar di tengah, dua
layar kecil di depan yang terkembang semuanya. Diatas setiap tiang kapal ada
bendera dengan warna Merah Putih Biru. Kapal tersebut sepertinya sedang berada
di lautan lepas dengan ombak berwarna hijau muda yang menjulang-julang. Latar
belakang dari kapal tersebut adalah sebuah tengkorak berwarna putih yang gumpil
di bagian atasnya.
Judul buku Tragedi Batavia 1629 berwarna putih diletakkan
dibawah gambar kapar layar tersebut.
Halaman pertama buku itu ada tulisan tangan
dengan pena warna biru yang bertuliskan, “untuk kawan saya Mas Mochammad Arif
Wibowo, selamat membaca.” Dibawah tulisan tersebut ada tanda tangan penulisnya.
Jujur, pada waktu pre order buku ini, saya pikir buku ini bercerita tentang
sesuatu yang terjadi di Kota Batavia di tahun 1629. Ternyata …
Di buku ini, Mas
Ady menceritakan perjalanan kapal yang bernama Batavia yang diberangkatkan oleh
Perserikatan Maskapai Hindia Timur yang terkenal dengan nama Vereenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC) dari negeri Belanda menuju ke kota Batavia di
Hindia Timur yang sekarang dikenal sebagai Jakarta, pada tanggal 27 Oktober
1628.
Misi utama Batavia adalah mencari rempah-rempah ke negeri penghasil rempah
terbesar di dunia pada saat itu, yaitu di Nusantara.
Komandan kapal tersebut
sekaligus sebagai perwakilan utama VOC adalah Francisco Pelsaert dan sebagai
nahkoda adalah Ariaen Jacobsz, Keduanya pernah bertemu dan berseteru di Surat,
India. Sedangkan Jeronimus Cornelisz sebagai orang kedua dari perwakilan VOC.
Ditengah perjalanan, Ariaen Jacobsz Bersama dengan Jeronimus Cornelisz mempunyai
niat jahat melakukan pemberontakan kepada sang komandan yaitu Francisco
Pelsaert. Mereka berdua menyusun kekuatan dengan mempengaruhi orang-orang yang
pada dasarnya adalah pemberontak.
Sebagian besar orang-orang yang mendaftar
sebagai pegawai VOC adalah orang-orang yang putus asa dan bermasalah. Tidak ada
ujian dan pesyaratan apapun dalam proses perekrutannya.
Mereka para pemberontak
berangan-angan, dengan bisa menguasai Batavia, maka mereka akan mendapatkan
muatan kapal yang berisi pakaian bagus, anggur terbaik, barang-barang dagangan,
12 peti koin perak dengan total 250.00 gulden dan sebuah peti perhiasan yang
tidak ternilai harganya.
Pada tanggal 4 Juni 1629, Batavia menabrak jajaran
karang di Pulau Beacon Australia. Batavia terdampar diatas karang yang tajam dan
melaju dengan kecepatan penuh.
Pada tanggal 6 Juni 1629 Pelsaert sebagai
komandan Batavia memutuskan akan mencari bantuan ke Jawa, dengan menaiki sebuah
perahu bersama 40 orang. Ada sekitar 250 orang yang ditinggalkan di Pulau
Beacon.
Sejak Pelsaert bertolak ke Jawa untuk mencari pertolongan, teror kematian yang kejam di Pulau Beacon dimulai. Para pemberontak yang dipimpin oleh Jeronimus Cornelisz memberlakukan
hukum semaunya sendiri.
Dengan alasan yang diada-adakan, tanpa bukti, kaum
pemberontak membunuh orang-orang yang tidak disukai dengan berbagai cara. Ada
yang ditenggelamkan, dihunus dengan pedang, dicekik, dan sebagainya. Tidak saja
laki-laki dewasa yang dibunuh, bahkan perempuan dan anak-anak pun tak luput dari
kekejaman pemberontak.
Akhir bulan Juni 1629, rombongan Pelsaert tiba di kota
Batavia. Beberapa hari kemudian Pelsaert menghadap kepada Gubernur Jenderal
Hindia Belanda pada saat itu yaitu Jan Pietersz Coen untuk melaporkan kejadian
yang dialaminya dan meminta bantuan.
Mas Ady dengan latar belakang Pendidikan
tukang ingsinyur lulusan ITS, telah melakukan riset selama 3 bulan dan melihat
secara langsung bangkai kapal di Museum Western Australia Maritime di Frematle
Australia.
Menurut saya yang menarik adalah bagaimana di tahun 1600 an, bangsa
Belanda sudah melakukan pencatatan jurnal atas perjalanan dan tersimpan rapi.
Tahun 1647, terbit jurnal perjalanan tersebut yang ditulis oleh Pelsaert.
Buku
ini memberikan pengalaman batin baru, bagaimana kehidupan diatas kapal yang
berisi orang-orang dengan berbagai macam latar belakang
Tidak akan butuh waktu
banyak untuk mengetahui akhir cerita Batavia, karena buku ini terdiri dari 216
halaman. Mungkin malah lebih banyak waktu kita untuk membaca status WA dari
lingkaran pertemanan kita, atau membaca caption-caption di Instagram.
Selamat
berimajinasi diatas kapal Batavia.
Grand Surya Kediri, 28 Juni 2022.
NB : foto diatas hanya sebagai hiasan belaka.